Kisah Haru dari Dua Kutipan Novel

Pada saat pelajaran Bahasa Indonesia di kelas, bu guru memberikan saya tugas tentang sebuah kutipan novel pada salah satu buku pelajaran kami. Pertama 'feeling' saya biasa saja tentang novel tersebut. Setelah saya baca belum dapat endingnya, saya sangat terharu sekali. Ceritanya sangat tragis membuat saya meneteskan air mata setetes demi setetes. Beberapa hari setelah itu, saya menemukan novel yang bukan hampir mirip lagi, tapi mirip sekali. Peran tokohnya pun sama, tapi cerita yang satu ini bisa di ibaratkan awalnya dari cerita yang sebelumnya.

Daripada kalian-kalian bingung dan tak mengerti, saya suntingkan beberapa paragraf untuk kalian penikmat novel tanah air.

Part 1
Di Sanalah Kenangan Terowongan Biru
Untuk selamanya Joon Suh tak akan melupakan laut Hwa Jin Po ini. Ketika di Amerika, tempat yang dirindukannya adalah Laut Wha Jin Po. Dulu, ini adalah tempat Eun Suh menumpahkan air mata dan tempat mengucapkan perpisahan. Eun Suh mengatakan, bila ada kehidupan yang akan datang maka dia ingin berubah menjadi sebuah laut.
...
Pada saat itu Eun Suh bertanya begini kepada Joon Suh, "Kak, bila ada kehidupan yang akan datang, kamu ingin menjadi apa?"
Eun Suh melanjutkan berbicara, "Jika aku, aku ingin berubah menjadi laut. Namun aku tidak mau menjadi laut yang di tempat lain, ingin menjadi Laut Wha Jin Po ini saja..."
"Laut?"
"Ng, laut! Asalkan melihat laut, hatiku berubah menjadi tenang, dan alasanku sebenarnya ingin berubah menjadi laut adalah..."
Eun Suh berhenti berkata, menatap Joon Suh.
"Laut, bukankah selalu ada di sini? Tidak akan berubah menjadi padang pasir di pagi haru, juga tidak akan menyisakan setetes air lalu pergi menghilang. jika benar ada kehidupan yang akan datang, aku berharap dapat sama seperti laut ini, senantiasa di tempat yang sama, tidak ingin berpisah dengan siapa pun..."
"Kak, jika ingin bertemu denganku, datang saja ke tepi laut yang berwarba perak ini. Pada saat kamu datang, aku akan ada. Kita akan dapat saling bertemu..."


Part 2

Di Sanalah Kenangan Terowongan Biru
Eun Suh sekarang adalah murid SMP...
Waktu dulu dia seperti setan kecil yang nakal yang selalu mengikutiku, bermain sepak bola bersama, bermain kuda-kudaan. Setiap kali kakinya sedikit sakit, Eun Suh selalu dengan manja minta digendong. Namun, dia sekarang telah menjadi murid SMP.
Joon Suh mendongakkan kepalanya memandang langit sambil berfikir, dan mendung perlahan-lahan menghilang. Joon Suh berdiri dengan diam di tempat yang waktu itu pernah diduduki Eun Suh, kemudian terbayanglah suara Eun Suh yang merdu, rambutnya yang basah oleh air dan disibakkan ke belakang, bulu matanya yang lebat, dan matanya yang besar. Hidung Eun Suh tak begitu mancung, dan bibirnya itu agak kecil sedikit tentu akan lebih bagus...
Apakah Eun Suh telah berubah? Tubuhnya yang manis setinggi hidung Joon Suh di saat berpisah, sekarang sudah setinggi apa?
Eun Suh, adikku Eun SUh.
Joon Suh dan Eun Suh adalah kakak beradik yang mempunyai hubungan yang sangat akrab dan mampu membuat orang tua mereka merasa bangga. Mereka tak seperti anak-anak keluarga lain yang selalu bertengkar dan saling iri, dan dua orang itu juga tak mungkin saling melukai. Bagaimana mungkin Joon Suh membiarkan Eun Suh bersedih? Setiap hari Joon Suh bertekad menjaga adiknya, tak akan membiarkan adiknya yang manis dan penurut itu merasa sedih. Seperti inilah dia mau melindungi adiknya di sampingnya. Eun Suh telah memasuki hidup Joon Suh.
"Joon Suh, ini adalah adikmu, Yoon Eun Suh. Manis, kan?" Joon Suh mendengar orang tuanya berkata begitu saat melewati sabuah ruang bayi yang berkaca dan melihat seorang bayi yang manis. Sejak itulah Joon Suh setiap saat selalu memikirkan Eun Suh. Bagaimana mungkin tidak memikirkannya? Wakti itu Joon Suh tidak pernah mengira pada suatu hari dia tak dapat melihat senyum Eun Suh lagi dan tidak dapat mendengar suara Eun Suh lagi.
Akan tetapi, takdir sudah ditentukan demikian. Dia tidak dapat melihat Eun Suh lagi. Meskipun bertahun-tahun telah berlalu, dia tetap tak dapat menghapus kenangan akan Eun Suh. Seperti inilah waktu berjalan selama delapan tahun.




Hampir mirip bukan? Ada sisi mengharukan pula. Ini yang sangat menyentuh hati saya. Tak terfikir saya bakalan menangis karna sebuah kutipan novel seperti ini. Ceritanya sangat bagus. Sangat menginspirasikan diri saya akan suatu hal.


Akankah kalian berfikir sama dengan 2 kutipan novel di atas?
Mohon pendapat kalian. Thanks
Posted on 5:03 AM by Ditra (Dito) and filed under | 0 Comments »

About Y-GEC'S

Hari ini (17/02) aku sengaja nulis tentang anak-anak di kelasku. Tiba-tiba saja aku dapat inspirasi untuk nulis kembali. I'm come back guys!!!!

Beberapa hari yang lalu aku merasakan 'panasnya' kehidupan di kelasku. Dulunya kami masih sangatlah kecil dan kini tumbuh dewasa. Berkembangnya kami membuat alur jalan kami berbeda satu sama lainnya. Mulai dari sifat, kelakuan, tingkah laku sehar-hari, kebiasaan, kegemaran, dll. "Hidup berawal dari mimpi" kata Bondan Prakoso dalam lagunya yang berjudul "Hidup Berawal Dari Mimpi". Lagu itu sekiranya membuatku terinspirasikan akan sesuatu. Sesuatu hal yang akan aku bangun untuk ke depannya.

Sebenarnya aku memimpikan akan satu hal, yaitu mengubah dan membentuk pribadi anak kelasku agar menjadi yang lebih baik. Tapi ternyata Tuhan mengkhendaki lain. Saat ini puncak 'kenakalan' kami. Anggapan bapak-ibu guru kepada kami sangatlah buruk. Mengapa ini terjadi? Ini di karenakan tumbuhnya rasa 'cuek' pada diri kami masing-masing dan mulai menstabilkan emosional kami.

Sejujurnya, diri ini tak sanggup untuk terus melakukan hal yang menurutku tidak baik. Aku mulai menyadari akan arti hadirnya seorang 'sahabat plus plus'. Jangan negative thinking dulu ya :-)
Ini bukan mengenai suatu hubungan yang lebih. Melainkan tentang sesuatu yang sangat berarti bagi saya sendiri. Di satu sisi, teman-temanku menginginkan hal yang di luar kepalaku, di sisi lain aku akan berpegang teguh pada pendirianku.

"Hidup memang penuh pilihan". Kata itulah yang selalu aku ucap dan tanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, jika tanpa arti dari sebuah kata tersebut, saya bisa-bisa ceroboh. (memang dasarnya sudah ceroboh :-) ).

Kehidupan kadang di atas dan terkadang pula di bawah. Kita harus bisa melihat ke bawah juga, jangan selalu melihat ke atas. Jika kita tak bisa merasakan kehidupan 'bawah', bagaimana kita bisa hidup tentram?

Banyak perbedaan di antara kami semua, tapi atas dasar itulah yang menyatukan kami. Mulai dari anak yang banyak ngoceh, banyak tingkah, pendiam, periang, hyper aktiv, pintar, bodoh, cakep, dll.


I LOVE Y-GEC'S
Go Y-GEC'S
Posted on 5:35 PM by Ditra (Dito) and filed under | 0 Comments »